Selasa, 11 November 2014


Perubahan iklim di Indonesia yang tidak menentu menjadi salah satu kendala yang mengkhawatirkan bagi peningkatan produksi padi. Dampak perubahan iklim terhadap pengembangan pertanian berupa banjir dan kekeringan sering terjadi di lahan sawah yang menyebabkan kegagalan panen (puso).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang responsif terhadap kejadian akibat perubahan iklim, pada tahun 2010 lalu telah melepas varietas unggul baru (VUB) padi dengan nama Inpago 4 (Inpago = inbrida padi gogo).
Varietas padi ini memiliki kelebihan yakni toleran terhadap kekeringan, sehingga diharapkan dapat menunjang produksi yang tinggi dengan keadaan perubahan iklim yang ekstrim terutama resiko akibat musim kemarau yang panjang. Inpago 4 sesuai ditanam di lahan kering subur, lahan kering podsolik merah kuning dengan tingkat keracunan aluminium sedang.
Umur tanaman Inpago 4 hanya 124 hari setelah semai dengan potensi hasil 6,1 ton/ha. Tekstur nasi pulen yang disukai sebagian besar masyarakat umumnya. Dilihat dari tingkat ketahanannya terhadap hama dan penyakit, varietas ini tahan terhadap beberapa ras penyakit blas dan toleran terhadap keracunan AI (60 ppm).
Varietas Inpago 4 ini sangat adaptif terhadap lingkungan yang kurang baik, sehingga kekurangan air yang mungkin terjadi di lapangan waktu budidaya tanaman padi tidak akan mengganggu proses pembentukan atau petumbuhan padi.
Telah beberapa lokasi ditanam varietas ini, salah satunya di Desa Peunaron Baru, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur. Hasil uji adaptasi morfologi tanaman terhadap lingkungan lahan kering di wilayah tersebut menunjukkan varietas ini memberikan produksi dan keragaman morfologi yang baik. Varietas ini memberikan hasil tertinggi 6.0 ton/hektar sehinga berdampak besar terhadap peningkatan produksi padi bagi masyarakat setempat.

Perubahan iklim di Indonesia yang tidak menentu menjadi salah satu kendala yang mengkhawatirkan bagi peningkatan produksi padi. Dampak per...